Laboratorium RSUD Dekai Yahukimo Temukan Kasus Pasien Penyakit Demam Berdarah

Yahukimo (Dj-Pro.org) – Direktur RSUD Dekai Yahukimo, dr. Glent M. Nurtanio, M. Kes, Sp. Pk, mengatakan, kami dapatkan beberapa kasus pasien penyakit demam berdarah (DBD) di rumah sakit Dekai sekitar awal Februari, Kamis (22/02/2024).

dr Glent mengatakan memang ada beberapa pasien yang di rawat gejala-gejala penyakit demam berdarah seperti itu.

“Kami dapatkan alamat terpusat dari Polres Dekai, paling banyak sekitar 4 kasus, memang dari gejala-gejala klinis dan hasil pemeriksaan darah, positif demam berdarah seperti itu,” katanya.

dr Glent menjelaskan jadi hasil lengkap dari gejala-gejala, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, sehingga kami simpulkan ini kasus demam berdarah.

“Setelah konfirmasi dengan kasus demam berdarah itu, kami sampaikan ke dinas kesehatan bahwa ada kejadian kasus demam berdarah seperti itu,” jelasnya.

Dia menerangkan setelah kami sampaikan ke dinas kesehatan ada langkah-langkah yang dilakukan oleh dinas kesehatan, kami saksikan kemarin ada lakukan fogging di sekitar rumah sakit dan waktu lalu lakukan fogging di Polres seperti itu.

“Mudah-mudahan dengan tindakan preventif yang dilakukan oleh dinas kesehatan kasusnya tidak semakin banyak seperti itu,” terangnya.

dr Glent mengungkapkan demam berdarah ini penularannya mirip malaria, lewat gigitan nyamuk di siang hari tetapi malaria gigitan nyamuk di malam hari seperti itu.

“Dua spesies nyamuk yang berbeda yaitu, Aedes Aegypti nyamuk demam berdarah dan Anopheles nyamuk malaria seperti itu,” ungkapnya.

Dia menjelaskan saat ini musim hujan terus terjadi kenangan air, sehingga nyamuk berkembang biak disitu, makin banyak nyamuk akhirnya jentik-jentik nyamuk ada di tengah-tengah massa hujan teras dan cuaca panas.

“Akibat cuaca panas nyamuk punya kesempatan untuk berkembang biak. Lalu bertelur dan terbang kemana-mana seperti itu,” jelasnya.

dr Glent menerangkan masing-masing vektor nyamuk Aedes Aegypti dan Anopheles menyebabkan penyakit demam berdarah dan malaria, tetapi demam berdarah menyebabkan virus yang ada di dalam vektor nyamuk Aedes Aegypti.

“Sedangkan malaria menyebabkan parasit malaria Plasmodium yang ada di dalam vektor nyamuk Anopheles seperti itu,” terangnya.

Dia menuturkan penanganan kami di rumah sakit saat ini masih mampu menangani. Kami juga cek pemantauan terkait kadar trombosit dan hematokrit, karena terjadi konsentrasi dan kekentalan dalam darah seperti itu.

“Saat ini belum terjadi kasus kematian karena penyakit demam berdarah, mudah-mudahan tidak ada seperti itu,” tuturnya.

Pihaknya menghimbau kepada masyarakat bahwa kalau mengalami demam berdarah, dua hari coba dengan obat-obatan parasetamol di rumah, bila tidak sembuh maka segera periksa ke puskesmas, tidak bisa di tangani pihak puskesmas pasti merujuk ke rumah sakit seperti itu.

“Pada prinsipnya masyarakat harus tahu bahwa sakit demam berarti minum obat penurun demam, ternyata dengan minum obat penurun demam tidak ada perubahan harus periksa ke dokter,” imbuhnya.

dr Glent menambahkan karena penyebab penyakit demam berdarah ini infeksi virus, bisa sembuh sendiri seperti itu. Jadi tidak perlu harus dirawat di rumah sakit, tetapi minum obat parasetamol dan minum air putih banyak.

“Jangan sampai darah menjadi kental, makan dan istirahat baik, sehingga tidak pergi berobat ke dokter juga virus itu sembuh sendiri, intinya saat demam minum obat demam,” tambahnya.

Dia menjelaskan tidak perlu kasih antibiotik dan obat malaria, karena tidak ada gunanya, penyakit virus itu dibiarkan akan sembuh sendiri seperti itu.

“Kadang-kadang daya tahan tubuh kita kalah karena tidak menjaga makan baik dan istirahat, otomatis tubuh yang kalah, sehingga mau tidak mau harus pergi berobat ke dokter seperti itu,” jelasnya.

Dia mengatakan pada prinsipnya sifat virus itu penyakit yang bisa sembuh sendiri, tetapi kita tetap menjaga begitu demam minum obat demam dan mual-mual minum obat mual-mual seperti itu.

“Pencegahan paling dasar menghindari gigitan nyamuk dengan cara memakai obat nyamuk asap, gosok dan semprot,” katanya.

Lebih jauh dr Glent mengatakan lingkungan kita bersih dari kenangan-kenangan air, seperti kaleng cat dan bak air, karena jentik-jentik nyamuk yang berpotensi menjadi nyamuk di kemudian hari harus dihapuskan seperti itu.

“Saya belum tahu apakah dari dinas Kesehatan menyiapkan obat Abate di taru dalam bak atau penampungan air, untuk membunuh jentik-jentik nyamuk seperti itu,” jelasnya.

dr Glent berharap mudah-mudahan dinas kesehatan siapkan obat itu dan lakukan sosialisasi ke masyarakat lewat gereja-gereja terkait cara pencegahan hindari gigitan nyamuk dan kenangan air seperti itu.

“Saya melihat dinas kesehatan sudah lakukan fogging tetapi wilayah Dekai ini sangat luas, sehingga kita belum bisa mengukur berapa banyak fogging yang dilakukan dan seberapa efektifkah fogging seperti itu,” katanya.

Pihaknya menyarankan kepada setiap masyarakat ada pencegahan, masing-masing harus mengenal lingkungan dan menjaga kebersihan lingkungan rumah seperti itu.

“Menurut saya fogging saja tidak cukup, karena itu punya keterbatasan, habis di fogging ada angin yang tiup, sehingga asap cepat hilang sebelum nyamuk mati,” jelasnya.

Menurutnya pencegahan supaya media untuk nyamuk berkembang biak itu, segera hilangkan dengan cara menguburkan, supaya tidak menggenang air seperti itu.

“Saya berharap dinas kesehatan siapkan pengumuman dan sampaikan di gereja-gereja, supaya ada langkah-langkah pencegahan yang tidak menunggu dinas kesehatan datang. Tetapi masyarakat bisa lakukan di rumah masing-masing untuk kebersihan dan kesehatan diri seperti itu,” pungkasnya. (0012Isak)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *