Waniok, Yahukimo Papua – (dj-Pro-org) Ketua Klasis Yalimu Angguruk, Pdt Ruben Msiren mengatakan, pada 01 Mei 1961 Pdt Siegfried Zollner dan dokter Willem Hendrik Vriend dari Piliam melalui jalan Fungfung tiba di kampung Waniok, Minggu (01/05/2022).
Pdt Ruben Msiren mengatakan, ketika tiba di kampung Waniok, pendekatan budaya yang dilakukan yaitu, mereka menyapa Pdt Siegfried Zollner dan dokter W H Vriend sebagai Om (nami) dan mereka bilang! Yang datang ini orang Pahabol, beri dia salam. Dari dua pernyataan ini sesuatu yang luar biasa.
“Tatanan budaya orang waniok disapa dengan Om (Nami). Berarti menjadi bagian yang utuh dari kehidupan budaya ditempat ini,” katanya.
Pdt Ruben Msiren mengungkapkan, itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari orang Waniok. Mereka sudah masuk dan hidup sebagai bagian dari orang waniok.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Klasis Yalimu Angguruk, Pdt Ruben Msiren dalam kotbahnya peringatan HUT ke-61 tahun pekabaran injil di Waniok tahun 2022 lalu dan peletakan batu pertama pembangunan gedung gereja Lahai-roi Waniok.
Diketahui yang menyapa Pdt Siegfried Zollner dan dokter W H Vriend Om (Nami) yaitu, 3 perempuan Waniok. Masing-masing Meluen Salak, Yamien Salak dan Nelobog Salak.
“Pdt Zollner dan dokter W H Vriend diterima oleh orang waniok menentukan, betapa besar hati daripada orang waniok menerima injil, menjadi catatan sejarah yang luar biasa,” jelasnya.
Ketua Klasis Yalimu Angguruk menerangkan, kalau orang bilang! Waniok tempat persinggahan, itu Salah. Waniok merupakan pintu masuk pemberitaan injil, Waniok merupakan tempat penginjilan dilakukan dan penyebaran injil dimulai.
“Kita lihat secara baik bagian ini. Mengapa kita harus takut? Mengapa kita harus ragu? Injil yang telah dinyatakan bagi orang Waniok, tempat ini terus menjadi berkat bagi jemaat ini,” terangnya.
Pdt Ruben Msiren menuturkan, pada awal mula-mula, Tuhan memanggil anak-anak dari suku-suku ini menjadi bagian dalam pemberitaan Yesus Kristus, untuk menyatakan damai sejahtera ditempat ini. Injil itu terus menjadi berkat.
“Karena injil tidak hanya memberitakan identik dengan manusia secara rohani, tetapi dalam peristiwa sejarah itu. Tempat ini dibuka pendidikan, kesehatan dan mengajarkan anak-anak untuk pertukangan,” tuturnya.
Pdt mengatakan, dari injil itu, banyak anak-anak Waniok mendapatkan peradaban baru, berpendidikan menjadi orang-orang pandai bagi negeri ini. Dipersembahkan untuk Tanah Papua. Itu bagian dari penginjilan yang tidak bisa kita lupakan.
“Saat ini bekerja di kantor-kantor pemerintah, menjadi TNI-POLRI dan pejabat dalam kantor-kantor pemerintahan. Kita berterimakasih karena injil itu telah membebaskan kita sebagai orang-orang percaya,” pungkasnya. (0012Isak)